Parid Abdulloh, M.Pd.
Konsep Bimbingan Konseling
Guidance berasal dari akar kata “guide” yang secara luas bermakna: mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersungguh-sungguh (to commit), pemberi pertimbangan dan bersikap demokratis (democratic performance). Sedangkan Konseling berasal dari istilah Inggris “counseling” yang kemudian diindonesiakan menjadi “konseling”. Sedangkan secara etimologi istilah konseling berasal dari bahasa latin yaitu “counsiliun” yang berarti “menerima atau memahami”.
1. Bimbingan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan individu secara optimal,
2. Bantuan diberikan dalam situasi yang bersifat demokratis,
3. Bantuan yang diberikan terutama dalam penentuan tujuan-tujuan perkembangan yang ingin dicapai oleh individu serta keputusan tentang mengapa dan bagaimana cara menanggapinya,
4. Bantuan diberikan dengan cara meningkatkan kemampuan individu agar dia sendiri dapat menentukan keputusan dan memecahkan masalahnya sendiri.
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 235.
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya, menerima dirinya, mengarahkan dirinya dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Menurut Bimo Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Walgito, Bimbingan Dan Penyuluhan. hlm. 11.
Bimbingan konseling merupakan sebuah usaha psikologis yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan individu menjadi pribadi yang mandiri dalam menata, mengelola diri, sehingga mampu beradaptasi dengan diri, masyarakat dan lingkungannya.
Pertama, dimensi utama yang digarap oleh bimbingan konseling Islami adalah dimensi spritual/ batiniah individu untuk dapat menentramkan hati agar menjadi pribadi/manusia yang ideal, melalui proses tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa).
Kedua, konseling islami membantu individu (koonseli) untuk dapat merasakan kehidupan yang seimbang, yakni antara kehidupan di Dunia dan kehidupan di Akhirat.
Ketiga, bimbingan dan konseling Islami hanyalah sebatas “bantuan”, artinya berubah atau tidak ada perubahan sikap dan perilaku dalam diri konseli (Musytarsyid) bukan terletak pada kehebatan dan kesalahan konselor (Mursyid) karena tugasnya hanya sebatas menbantu, menyampaikan, dan memfasilitasi, selanjutnya perubahan perilakuk tergantung pada hidayah dan kemauan konseli.
Keempat, bimbingan konseling islami bertujuan untuk menempatkan manusia sesuai dengan tujuan dan fungsi manusia diciptakan yang menurut Tohari Musanamar, mengemembalikan eksistensi manusia sebagai khalifah yang memiliki tugas shalih.
Kelima, bimbingan konseling islami dapat dilakukan dengan berbagai layanan yang disesuaikan dengan konteks dan keadaan, serta relevan dengan konten yang disajikan bagi konseli.
Keenam, konseling Islami tidak hanya terbatas pada masalah-masalah agama (ukhrawi) saja, akan tetapi berkaitan pula dengan berbagai bentuk aktiftas dimensi material yang berhubungan dengan sikap dan perilaku manusia.
Hubungan Bimbingan Konseling dengan Bimbingan Konseling Islami
Pada dasarnya, keberadaan bimbingan konseling umum bukanlah produk yang tidak sesuai atau bertentangan dengan Islam, bahkan itu terdapat kemiripan antara bimbingan konseling umum dengan Bimbingan Konseling Islami yakni sama-sama memberikan bantuan psikologis kepada konseli.
Titik tekan dari dimensi spritual membantu konseli untuk memenuhi kebutuhan ruhaniah yang dapat menjadikan individu menuju pribadi yang sehat secara batin melalui peningkatan kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan yang senantiasa beriman dan bertakwa kepadaNya. Sedangkan pemenuhan dimensi material dapat berupa bantuan pemecahan masalah kehidupan untuk menuju individu yang sukses.
Bimbingan konseling Islami adalah sebuah proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli, agar konseli dapat hidup dan berkembang secara optimal sesuai dengan fitrahnya, untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia akhirat dengan berdasarkan landasan ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ruang lingkup konseling islami mencakup seluruh peri kehidupan manusia sebagai makhluk Allah yang secara garis besar dapat dijabarkan ke dalam dua dimensi yakni dimensi spiritual/ruhaniyah dan dimensi material/Dhohiriyah.
Tujuan Bimbingan Konseling Islami
Memiliki kesadaran akan hakikat dirinya sebagai makhluk Allah.
Memiliki kasadaran akan fungsi hidupnya di dunia sebagai khalifah.
Memahami dan menerima keadaan dirinya sendiri atas kelebihan dan kekurangannya secara sehat.
Memiliki kebiasaan yang sehat dalam pola makan, minum, tidur dan menggunakan waktu luang.
Menciptakan kehidupan keluarga yang fungsional.
Mempunyai komitmen diri untuk senantiasa mengamalkan ajaran agama dengan sebaik-baiknya baik hablum minallah maupun hablum minannas.
Mempunyai kebiasaan dan sikap belajar yang baik dan bekerja yang positif.
Memahami masalah dan menghadapinya secara wajar, tabah dan sabar.
Memahami faktor yang menyebabkan timbulnya masalah.
Mampu mengubah persepsi atau minat.
Mengambil hikmah dari masalah yang dialami, mampu mengontrol emosi dan berusaha meredanya dengan introspeksi diri.
Yusuf Dan Nurihsan, Landasan Bimbingan Konseling, hlm. 71-76
Konsensus musyawarah yang dihadiri oleh filosof Muslim dalam Konsferensi Pendidikan Islam se-Dunia pada tahun 1977 di Mekkah, menghasilkan sebuah rumusan tujuan pendidikan Islam (dalam hal ini Konseling Islami) sebagai berikut:
“The aim of Muslim education is the creation of the good and righteous man who worships Allah in true sense of term, build up the structure of his earthly life according to the Shariah (law) and employ to serve his faith."
“Tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan manusia baik dan benar yang mengabdikan dirinya kepada Allah dalam pengertian yang sesungguhnya, membangun struktur kehidupan dunianya sesuai dengan aturan Syariah dan melaksanakannya untuk melayani keimanannya.”
First World Conference on Muslim Education (Jakarta: Inter Islamic University Coorperation of Indonesia, 1977), hlm. 2